Beranda | Artikel
Akhlak Pengemban Al-Quran Beserta Doa Penyejuk Hati dan Pikiran
Kamis, 5 Maret 2020

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Akhlak Pengemban Al-Quran Beserta Doa Penyejuk Hati dan Pikiran adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab التبيان في شرح أخلاق حملة القرآن (At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada / 23 Februari 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Akhlak Pengemban Al-Quran Beserta Doa Penyejuk Hati dan Pikiran

Kita lanjutkan kajian kita dalam pembahasan kitab Akhlaq Hamalatil Qur’an yang dikarang oleh Imam Al-Ajurri Rahimahullah. Dan kita telah sampai kepada perkataan beliau, bab tentang akhlak pengemban Al-Qur’an.

Setelah beliau menyebutkan beberapa pendahuluan tentang keutamaan pengemban Al-Qur’an, keutamaan mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya serta keutamaan duduk di rumah-rumah Allah untuk mempelajari Al-Qur’an, beliau memulai untuk menyebutkan tujuan ditulisnya kitab ini, yaitu penjelasan tentang akhlak pengembanga Al-Qur’an.

Berkata penulis kitab ini Rahimahullah bahwa seyogyanya bagi orang yang diajarkan oleh Allah Ta’ala Al-Qur’an dan Allah muliakan dia dari selainnya untuk menghafalkan kitabNya dan ia ingin menjadi Ahlul Qur’an yang sesungguhnya, menjadi keluarga Allah dan orang-orang yang dekat denganNya dan ingin menjadi orang yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karunia yang besar yang telah kita sebutkan keutamaan-keutamaannya dan dia ingin termasuk orang yang disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla:

يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ

“Yang mereka membaca dengan sebenar-benarnya.”

Disebutkan bahwasannya tafsir ayat ini mereka benar-benar mengamalkan isi Al-Qur’an. Dan jika seorang ingin termasuk orang yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِي يقرَأُ القُرْآنَ ويَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُو عليهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْران

“Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia pandai membacanya maka dia bersama Malaikat-Malaikat yang mulia dan orang yang membacanya dan ia kesulitan ketika membacanya maka baginya dua pahala.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Syaikh Hafidzahullah mengatakan bahwa hadits ini menunjukkan bahwasanya orang yang memperhatikan Al-Qur’an, antusias dan bersungguh-sungguh untuk mempelajari Al-Qur’an, rajin membacanya baik itu dia pandai membacanya atau dia kesulitan dan terbata-bata ketika membaca Al-Qur’an, maka keduanya berada di atas kebaikan yang sangat besar. Adapun orang yang pandai membaca Al-Qur’an, maka dia bersama dengan Malaikat-Malaikat yang mulia, Malaikat-Malaikat pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dan kesulitan ketika membacanya, yaitu maksudnya dia terus berusaha membaca dan mendapatkan kesulitan untuk melafalkan sebagian huruf, maka ia mendapatkan dua pahala; pahala atas usahanya dan kesabarannya untuk membaca Al-Qur’an dan pahala atas kesungguhannya untuk mempelajari cara membaca yang benar. Maka ia mendapatkan dua pahala.

Kemudian Imam Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan: Bisyr bin Harits mengatakan: Aku mendengar ‘Isa bin Yunus Rahimahumullah berkata, “Jika seorang hamba menghatamkan Al-Qur’an maka Malaikat akan mencium diantara dua matanya.”

Nukilan yang disebutkan dari ‘Isa bin Yunus Rahimahumullah ini adalah pendapat sebagian dari para ulama. Akan tetapi pendapat ini butuh dicari dalilnya. Dan kita ketahui bahwasannya ulama perkataan mereka tidak dijadikan dalil, namun dicarikan dalil untuk perkataan mereka. Karena yang menjadi dalil hanyalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang shahih. Berkata Imam Al-Qurthubi Rahimahullah dalam kitab beliau At-Tidzkar fi Fadhlil Adzkar: Apa yang diucapkan oleh ‘Isa bin Yunus tadi bahwasanya seorang jika menghatamkan Al-Qur’an, maka Malaikat akan mencium di antara dua matanya ini adalah pendapat yang tidak disebutkan dari sekedar pikiran saja, maka ini mendapatkan hukum marfu’, yaitu dihukumi bahwasannya riwayat ini sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun Syaikh Hafidzahullah mengomentari bahwasanya ini pendapat pendapat yang sangat jauh sekali dari kebenaran. Karena jika seandainya ini adalah perkataan sahabat, maka kita katakan bahwa hukumnya sampai kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena perkara seperti ini tidak boleh seseorang berijtihad didalamnya.

Adapun tentang kecintaan Malaikat kepada orang yang membaca Al-Qur’an dan orang yang menghatamkan Al-Qur’an, maka ini banyak sekali dalilnya dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Para pemirsa dan pendengar yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian Imam Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan bahwa hendahkan seorang pengembang Al-Qur’an menjadikan Al-Qur’an itu adalah penyejuk hatinya. Yaitu maksudnya barangsiapa yang ingin menjadi ahlul Qur’an yang sesungguhnya maka hendaklah ia menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatinya dan hendaklah ia berakhlak dengan akhlak-akhlak yang mulia. Jangan sampai hubungan dia dengan Al-Qur’an sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ

“Mereka membaca Al-Qur’an dan tidak melewati tenggorokan mereka.”

Akan tetapi yang seharusnya yaitu seorang berusaha untuk menyampaikan Al-Qur’an itu ke dalam hatinya agar Al-Qur’an menjadi penyejuk untuk hati tersebut. Di dalam doa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Nabi pernah bersabda:

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ وَنُوْرَ صَدْرِيْ وَجِلاَءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ هَمِّيْ

“Aku mohon kepadamu Ya Allah dengan semua nama yang Engkau miliki, yang Engkau beri nama kepada diriMu sendiri atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari hambaMu atau Engkau turunkan dalam kitabMu atau Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib di sisiMu, jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya untuk jiwaku, dan jadikanlah ia penghibur kesedihanku dan penghilang kegelisahanku.”

Dan maksud dari Al-Qur’an sebagai penyejuk hati yaitu hati yang penuh dengan kebahagiaan dan kesenangan seperti bumi yang disirami oleh air hujan yang akan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Dan perumpamaan Al-Qur’an dalam hati seseorang seperti air hujan yang menghujani bumi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّـهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ ﴿١٦﴾ اعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ ﴿١٧﴾

Tidakkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman supaya hati-hati mereka tunduk ketika berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada apa yang turun dari kebenaran dan janganlah mereka menjadi seperti orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum mereka sehingga berlalu masa yang panjang dan hati-hati mereka pun menjadi keras dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Ketahuilah sesungguhnya Allah menghidupkan bumi setelah matinya dan Kami telah menjelaskan kepada kalian ayat-ayat agar kalian memahami.” (QS. Al-Hadid[57]: 16-17)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menghidupkan bumi yang mati setelah diturunkan hujan kepadanya. Dan ini adalah tanda kekuasaan Allah bagi manusia. Maka sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan, Allah juga mampu menghidupkan hati-hati yang mati dengan wahyuNya. Dan ini adalah peringatan penting dari penulis kitab ini Rahimahullah bahwasanya seorang yang membaca Al-Qur’an seharusnya ia berusaha untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatinya. Jangan sampai hubungan dia dengan Al-Qur’an hanya sekedar ia baca saja akan tetapi pengaruh Al-Qur’an harus nampak dan kelihatan dalam anggota badannya.

Kemudian Imam Al-Ajurri mengatakan hendaklah seorang yang membaca Al-Qur’an atau pengemban Al-Qur’an menghidupkan apa yang rusak dari hatinya. Dan kerusakan hati itu bisa terjadi dengan dua sebab. Yang pertama dengan syubhat yang merusak ilmu dan keimanan atau dengan syahwat yang merusak niat dan tujuan seseorang. Karena apabila syubhat dan syahwat telah menguasai hati seseorang, maka akan rusak cara ia memandang sesuatu dan akan rusak niatnya. Dan semua hal tersebut adalah kerusakan untuk hatinya dan cara untuk memperbaiki kerusakan ini yaitu dengan Al-Qur’an.

Kemudian Imam Al-Ajurri mengatakan bahwa diantara akhlak yang harus dilakukan oleh pengemban Al-Qur’an adalah ia beradab dengan adab Al-Qur’an dan berakhlak dengan akhlak-akhlak yang mulia. Maka seyogyanya bagi orang yang diberi taufiq untuk mengemban Al-Qur’an hendaklah ia beradab sesuai dengan adab yang tertera dalam Al-Qur’an. Sesuai dengan adab yang ia bawa dalam dadanya yaitu Al-Qur’an dan hendaklah ia melihat setiap akhlak dan setiap adab yang tertera dalam Al-Qur’an, ia harus berusaha untuk mempunyai bagian dari adab tersebut. Ummul Mu’minin ‘Aisyah istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau menjawab:

أَلَستَ تَقرَأُ القُرآنَ؟

“Tidaklah engkau membaca Al-Qur’an?”

فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ القُرآنَ

“Sesungguhnya akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu sama dengan Al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Yaitu maksud beliau adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan Al-Qur’an, meninggalkan apa yang dilarang oleh Al-Qur’an, membenarkan semua berita-beritanya, beradab dengan semua adab-adabnya, mengamalkan isi Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuknya juga selalu mengerjakan semua wejangan-wejangan yang ada dalam Al-Qur’an. Berkata Al-‘Allamah Ibnul Qayyim Rahimahullah, maka perkataan beliau sama dengan Al-Qur’an. Baik itu secara rinci maupun secara global. Dan ilmu-ilmu beliau adalah ilmu Al-Qur’an, keimanan beliau, amalan beliau adalah semua yang diwajibkan dan diperintahkan oleh Al-Qur’an, apa yang Rasulullah tinggalkan yaitu apa yang dilarang oleh Al-Qur’an, apa yang Rasulullah suka yaitu semua yang disukai oleh Al-Qur’an dan apa yang Rasulullah tidak suka berarti perkara tersebut juga tidak disukai dalam Al-Qur’an. Dan Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencintai apa yang dicintai oleh Al-Qur’an. Bahkan segala usaha yang beliau lakukan adalah usaha untuk menegakkan perintah-perintah Al-Qur’an, menyampaikan isi Al-Qur’an dan berjihad untuk menegakkan Al-Qur’an. Maka Ummul Mu’minin istri Nabi ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjelaskan karena beliau mengetahui secara persis tentang Al-Qur’an dan tentang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sehingga ketika beliau ditanya tentang akhlak beliau beliau dengan ringkas menjawab, “Akhlak beliau adalah sama dengan akhlak Al-Qur’an.”

Kemudian Imam Al-Ajurri mengatakan bahwa seorang pengemban Al-Qur’an harus berbeda dari orang-orang lain yang tidak membaca Al-Qur’an. Yaitu seorang yang menghafal Al-Qur’an dan mengemban Al-Qur’an ia harus berbeda dari orang-orang bodoh, orang-orang jahil dan orang-orang pandir. Karena apabila akhlaknya sama dengan akhlak mereka, perbuatannya sama dan perbuatan mereka, maka dimanakah Al-Qur’an yang telah dia hafalkan dan dia telah pelajari? Berkata Sufyan bin Uyainah Rahimahullah, “Jika siangku sama dengan siangnya orang pandir dan malamku sama dengan malamnya orang yang bodoh maka apa manfaat ilmu yang telah aku pelajari?”

Kalian Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan akhlak-akhlak satu persatu dan insyaAllah kita akan melanjutkan kajian kita pada sesi-sesi berikutnya tentang penjelasan akhlak-akhlak tersebut.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Akhlak Pengemban Al-Quran Beserta Doa Penyejuk Hati dan Pikiran


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48212-akhlak-pengemban-al-quran-beserta-doa-penyejuk-hati-dan-pikiran/